Jumat, 17 Mei 2013

INFLASI DAN OVERSTATEMENT

Inflasi dan Overstatment
Menurut ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga- harga secara umum dan terus menerus ( kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likiuditas di pasar yang memicu konsumsi atau spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi bisa juga dikatakan dengan penurunan nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa bukan tinggi rendahnya tingkat harga sehingga dapat diartikan tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Overstatement menurut bahasa Indonesia adalah pernyataan yang berlebih- lebihan. Overstatement dalam bidang ekonomi contohnya adalah penyesuain inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat :
1. Inflasi ringan : dibawah 10% per tahun
2. Inflasi sedang : antara 10% - 30% per tahun
3. Inflasi berat : antara 30% - 70% per tahun
4. Hyperinflasi atau inflasi tak terkendali : diatas 100%
Inflasi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu berdasarkan :
1) Asal- usulnya
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri ( domestic inflation)
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri ( imported inflation)
2) Intensitasnya
a. Inflasi yang sifatnya lunak ( creeping inflation)
b. Inflasi menengah ( galloping inflation)
c. Inflasi tinggi ( hyperinflation)
3) Sumber awalnya
a. Inflasi permintaan ( demand full inflation)
Inflasi ini didasarkan pandangan adanya jumlah permintaan agregat , yaitu terjadi karena kelebihan permintaan ( excess demand) terhadap barang- barang dalam perekonomian secara keseluruhan.
b. Inflasi penawaran ( cost push inflation)
Inflasi yang disebabkan adanya dorongan biaya, misalnya karena adanya tuntutan kenaikan harga dari pemilik faktor produksi.
c. Inflasi campuran ( mixed inflation)
Inflasi yang merupakan campuran dari inflasi penawaran dan inflasi permintaan.

Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan negatif tergantung para atau tidaknya inflasi. Jika inflasi itu ringan justru mempunyai positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat seseorang menjadi bergairah untuk bekerja, menabung dan melakukan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali ( hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dan perekonomian dianggap lesu, orang menjadi tidak bersemangat bekerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai bunga tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank ( debitur) inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjam uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat meminjam. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.
Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Dampak inflasi dalam perekonomian tergantung pada seberapa jauh tingkat keparahan inflasi tersebut. Kadangkala kenaikan harga yang terlalu tinggi mempunyai pengaruh positif terutama terhadap iklim investasi karena kenaikan harga pada dasarnya merupakan insentif bagi pengusaha untuk melakukan kegiatan produksi. Secara teori, laju inflasi yang terlalu rendah menunjukkan adanya kelesuan ekonomi. Tidak jarang terlalu rendahnya tingkat inflasi merupakan indikator lemahnya daya beli masyarakat yang pada gilirannya akan menekan laju pertumbuhan ekonomi. Kesepakatan para ahli bahwa efek positif pertumbuhan dicapai secara maksimal pada kisaran inflasi sebesar 5% - 6% pertahun.
Ada dua distorsi pokok dengan adanya inflasi yang tinggi, yaitu :
a) Distorsi Internal, yaitu inflasi akan mengakibatkan perubahan dalam pola distirbusi pendapatan dan kekayaan yang disebabkan terjadinyan redistribusi yang tidak seimbang.
b) Distorsi Eksternal, yaitu inflasi akan mempengaruhi kinerja perdagangan suatu negara yang tercermin dalam neraca perdagangannya.
Mengingat adanya distorsi yang ditimbulkan oleh inflasi, maka kebijakan pengendalian inflasi akan memiliki manfaat ganda karena di satu sisi akan memperkuat daya beli masyarakat terutama mereka yang mempunyai pendapatan relative tetap dan juga berfungsi untuk memperbaiki eksternal neraca perdagangan.

Kebijakan Penanggulangan Inflasi
Secara teori salah satu cara dilakukan untuk mengatasi terjadinya inflasi yaitu dengan mengurangi jumlah uang yang beredar. Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan untuk menanggulangi inflasi, yaitu:
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengatur jumlah uang yang beredar. Salah satu komponen uang adalah uang giral yang diatur melalui penetapan cadangan minimum. Hal seperti ini dapat dilakukan melalui bank sentral ( Bank Indonesia).
2. Kebijakan Fiskal
Menyangkut dengan pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan secara langsung yang dapat mempengaruhi permintaan total, mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah dengan penurunan permintaan total. Kebijakan fiscal yang digunakan meliputi pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak, permintaan roral turun, inflasi dapat ditekan.
3. Kebijakan yang berkaitan dengan Output
Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.

SUMBER: wordpress.com